Kunci Jawaban Akurat dan Terpercaya

Apa yang Biasa Dilakukan Kupi dengan Ayahnya Mengapa Sedih dan Marah Halaman 8 Tema 4 Kelas 4 SD

Apa yang biasa dilakukan Kupi dengan ayahnya? Mengapa Kupi sedih dan marah dalam hutan bakau pada teks Taman Bermain yang Hilang? Pembahasan kunci jawaban tema 4 kelas 4 halaman 8, tepatnya pada materi pembelajaran 1 Subtema 1 Jenis-Jenis Pekerjaan di buku tematik siswa kurikulum 2013 revisi 2017.

Apa yang Biasa Dilakukan Kupi dengan Ayahnya Mengapa Sedih dan Marah Halaman 8 Tema 4 Kelas 4 SD

Pembahasan soal kali ini merupakan lanjutan tugas sebelumnya, di mana kalian telah mengerjakan soal tentang Siapa yang Tinggal Di Dalam Hutan Bakau. Sudah mengerjakannya kan? Jika belum, silahkan buka link tersebut!

Ayo Berdiskusi

Tanaman memberikan manfaat bagi manusia. Apabila tidak berhati-hati dalam memanfaatkannnya tumbuhan akan punah. Manusia akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, kita wajib menjaga keberadaan tanaman dengan menanam kembali serta menjaga lingkungannya. Bacalah teks berikut dalam hati!

Taman Bermain yang Hilang

Malam hari merupakan malam yang ditunggu oleh Kupi, kepiting kecil. Ia menikmati saat-saat berjalan perlahan di gundukan pasir bersama ayahnya. Mereka menanti datangnya air pasang, yang akan membawa mereka ke dunia yang berbeda. Ya, Kupi selalu menanti saat-saat mereka terhempas oleh air pasang, lalu tiba di hutan bakau. Nanti di sana ia pasti akan bertemu dengan teman-teman kecilnya yang lain. Upi, si udang kecil, Kuro, si kura-kura, dan teman-teman yang lebih besar seperti Bangau Cilik dan Momo si monyet. Di antara akar bakau mereka bisa bermain kejar-kejaran, petak umpet, atau tidur di sela akar yang melintang. Seru sekali saat-saat itu.

Ada kalanya mereka berpisah, terbawa oleh pasang surut, kembali ke laut bebas. Namun, suatu hari mereka bertemu lagi dan bermain bersama lagi. Suasana di hutan bakau tentu berbeda dengan suasana di laut lepas. Airnya pun berbeda. Tidak asin seperti air laut, tetapi tidak juga tawar. Kupi tidak tahu apa namanya. Berbeda, tetapi Kupi dan teman-teman tetap bisa bermain dengan nyaman.

Malam itu, di pesisir pantai, Kupi bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa kita tidak lagi pernah bisa bertemu dengan Bangau Putih, teman ayah? Aku juga sudah rindu bertemu dengan sahabat-sahabat kecilku. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Upi, Kuro, Bangau Cilik, dan Momo. Mengapa sekarang susah sekali kita bertemu dengan mereka ya?”

Sambil berjalan pelan di gundukan pasir, ayah kepiting menjelaskan perlahan. “Kupi, sayang sekali hutan bakau tempatmu bermain sudah rusak. Ayah dengar dari Paman Nelayan, manusia di pesisir pantai sana ingin membuat bangunan-bangunan yang tinggi menjulang. Butuh lahan yang lebih luas. Oleh karenanya mereka menebang habis hutan bakau. Mereka bangun gedung tinggi menjulang ke langit di atas taman bermainmu dulu.” Ayah menjelaskan perlahan. Sesungguhnya ia tidak ingin Kupi sedih. Tetapi bagaimana lagi? Ayah tidak ingin Kupi terus menanti tanpa pasti.

Kupi tertunduk sedih. Pupus sudah harapannya bertemu lagi dengan sahabat- sahabat kecilnya.

“Mengapa manusia begitu jahat, ayah? Mengapa manusia tidak memikirkan kita, makhluk kecil di pesisir pantai? Mengapa manusia hanya memikirkan dirinya sendiri?” Kupi meratap pelan, namun penuh amarah.

Ayah ingin menenangkan hati Kupi. Ia menambahkan, “Sebenarnya, ketika hutan bakau tempatmu bermain ditebang, manusia pun menerima akibat buruknya, Kupi. Air laut akan semakin mudah mencapai daratan. Tidak ada lagi pohon bakau yang menahan. Lama-kelamaan, air tanah di sekitar pantai akan menjadi air asin. Manusia ‘kan tidak bisa minum air asin, Kupi.” Ayah berusaha menjelaskan panjang lebar.

Ayah kemudian menambahkan, “Dengan rusaknya pantai akibat penebangan bakau, kegiatan manusia pun menjadi terganggu. Sekarang wisatawan yang berkunjung ke pantai ini semakin berkurang. Para pedagang yang dulu berjualan di sekitar sini tidak ada lagi. Pemandu wisata yang biasa menjelaskan tentang keindahan pantai dan hijaunya bakau pun sudah jarang terlihat. Nelayan yang biasa menjual hasil tangkapan mereka pun tinggal sedikit.”

Kupi tidak terhibur oleh penjelasan ayah. Pikirnya, biarkan saja manusia menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Manusia memang sering tidak bijak. Kupi hanya ingin berdoa, dan berdoa semoga suatu saat nanti hutan bakau akan kembali. Semoga suatu saat nanti ada lagi taman tempatnya bermain. Semoga suatu saat nanti ia masih bisa bertemu dengan sahabat-sahabat kecilnya. Kupi hanya bisa berdoa, semoga kelak manusia bisa bertindak lebih bijaksana. Semoga!

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan cerita di atas!
1. Siapa yang tinggal di dalam hutan bakau?
Jawab: Kupi dan Ayahnya.

2. Apa yang biasa dilakukan Kupi dengan Ayahnya?
Jawab: Mereka biasa berjalan di gundukan pasir danmenanti datangnya air pasang yang akan membawa mereka ke dunia yang berbeda.

3. Mengapa Kupi sedih dan marah?
Jawab: Kupi sedih karena tidak bisa bertemu teman-teman kecilnya lagi, kupi marah karena manusia merusak hutan bakau.

Baca Juga Pembahasan Soal Nomor 4, 5 dan 6 berikut ini:

4. Gambarlah salah satu tokoh! Tulislah pendapatmu tentang tokoh tersebut!
Sampaikan gambar dan tulisanmu kepada teman kelompokmu! Mintalah pendapat mereka!
5. Apakah gambarmu sama dengan gambar temanmu? Jelaskan!
6. Apakah komentarmu tentang tokoh sama dengan komentar temanmu? Jelaskan!
Aku suka/tidak suka ……………….. karena

Jawaban: buka DISINI.

Demikian pembahasan soal tema 4 kelas 4 SD MI halaman 8 tentang Apa yang biasa dilakukan Kupi dengan ayahnya? Mengapa Kupi sedih dan marah dalam hutan bakau pada teks Taman Bermain yang Hilang. Kerjakan juga soal lain pada materi pembelajaran 1. Terimakasih, selamat belajar! Pembahasan lengkap, buka disini: Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 4 Halaman 2 3 4 5 7 8 9 10 11 Pembelajaran 1 Subtema 1